Selasa, 27 Maret 2012

PENDIDIKAN BERKARAKTER


PENTINGNYA PENDIDIKAN BERKARAKTER
A.  Hakikat Pendidikan Karakter
Upaya mewujudkan pendidikan karakter sebagaimana yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional – UUSPN).
Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikkan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Atas dasar itu, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham tentang yang benar dan salah, mampu merasakan nilai yang baik dan biasa melakukannya. Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “ pengetahuan yang baik, akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau looving goog, dan perilaku yang baik. Pendidikan karakter menekannkan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan.
B.  Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter yaitu membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Fungsi pendidikan karakter (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural; (3) meningkatkan peradaban bangsa kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui beberapa media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
C.  Nilai-nilai Pembentuk Karakter
18 nilai untuk memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, penduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun.
D.  Proses Pendidikan Karakter
Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Fungsi totalitas sosial-kultural dapat dalam konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarkat) dam berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompkokkan dalam : olah hati, olah pikir, olah raga dan kinestetik, dan olah rasa dan karsa. 

STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER
A.  Strategi di Tingkat Kementrian Pendidikan Nasional
Pendidikan yang digunakan Kementrian Pendidikan Nasional adalah :
1.      Stream Top Down
a.       Sosialisasi
b.      Pengembangan regulasi
c.       Pengembangan kapasitas
d.      Implementasi dan kerjasama
e.       Monitoring dan evaluasi
2.      Stream Bottom Up
Pembangunan pada jalur/tingkat ini diharapkan dari inisiatif yang datang dari satuan pendidikan. Pemerintah memberikan bantuan teknis kepada sekolah-sekolah yang telah mengembangkan dan melaksanakan pendidikan karakter sesuai dengan ciri khas lingkungan sekolah tersebut.
3.      Stream Revitalisasi Program
Pada jalur tingkat ketiga, merevitalisasi kembali program-program kegiatan pendidikan karakter di mana pada umumnya banyak terdapat kegiatan estrakurikuler yang sudah ada dan sarat dengan nilai-nilai karakter.
B.  Strategi di Tingkat Daerah
Beberapa langkah yang digunakan pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan karakter, dimana semuanya dilakukan secara koheren.
1.      Penyususnan perangkat kebijaksanaan di tingkat kabupaten/kota
2.      Penyiapan dan penyebaran bahan pendidikan karakter yang diprioritaskan
3.      Memberikan dukungan kepada Tim Pengembangan Kurikulum (TPK) tingkat kabupaten/kota melalui Dinas Pendidikan
4.      Dukungan sarana, Prasarana, dan Pembiayaan.
C.  Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis di kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.
1.    Kegiatan Pembelajaran
2.    Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
a.       Kegiatan rutin
b.      Kegiatan spontan
c.       Keteladanan
d.      Pengkondisian
3.    Kegiatan Ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
4.    Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat

Tabel Implementasi Pendidikan Karakter dalam KTSP
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KTSP
1.    Integrasi dalam mata pelajaran yang ada
Mengembangkan silabus dan RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan diterapkan
2.    Mata pelajaran dalam Mulok
 § Ditetapkan oleh sekolah/daerah
§ Kometensi dikembangkan oleh sekolah/daerah
3.    Kegiatan Pengembangan Diri
§ Pembudayaan & Pembiasaan
-       Pengkondisian
-       Kegiatan rutin
-       Kegiatan spontanitas
-       Keteladanan
-       Kegiatan terprogram
§ Ekstrakurikuler
Pramuka, PMR, Kantin kejujuran, UKS, KIR, Olah raga, Seni, OSIS
§ Bimbingan Konseling
Pemberian layanan bagi anak yang mengalami masalah

 D.  Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Penambahan alokasi waktu pembelajaran dapat dilakukan, misalnya :
1.      Sebelum pembelajaran di mulai atau setiap hari seluruh siswa diminta membaca sura-surat pendek dari kitab suci, melakukan refleksi selama 15 s.d 20 menit.
2.      Di hari-hari tertentu sebelum pembelajaran dimulai dilakukan kegiatan muhadarah (berkumpul dihalaman sekolah) selama 35 menit.
3.      Pelaksanaan ibadah bersama-sama di siang hari selama 30 s.d 60 menit.
4.      Kegiatan-kegiatan lain diluar pengembangan diri, yang dilakukan setelah jam pelajaran selesai.
5.      Kegiatan untuk mebersihakan lingkungan sekolah sesudah jam pelejaran berakhir berlangsung selama antara 10 s.d 15 menit.
E.  Penilaian Keberhasilan
1.      Menentapkan indikator dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati
2.      Menyusun berbagai instrumen penilaian
3.      Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indikator
4.      Melakukan analisis dan evaluasi 
5.   Melakukan tindak lanjut


Senin, 19 Maret 2012

MODEL PEMBELAJARAN ARIAS

Model Pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfication) pertama kali diperkenalkan oleh Jhon M Keller pada tahun 1987. Keller (dalam Kiranawati, 2007) menyatakan bahwa model pembelajaran ARCS dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari kedua komponen itu oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Lebih lanjut Keller (dalam Mertasari, 2003) menyatakan empat komponen tersebut yakni: (1) minat/attention, yakni sejauh mana rasa ingin tahu siswa dibangkitkan dan dipertahankan dari waktu ke waktu; (2) relevansi/relevance, yang berkaitan dengan sejauh mana proses pembelajaran dapat memuaskan atau sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pribadi siswa; (3) harapan/confidence, perasaan untuk berhasil yang mungkin berada dalam kendali siswa sendiri; dan (4) pemuasan/satisfaction, mengacu kepada kombinasi ganjaran ekstrinsik dan motivasi instrinsik yang sesuai dengan antisipasi siswa.
Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar. Namun demikian pada model pembelajaran ini ditambahkan tahap assessment. Assessment merupakan salah satu aktivitas evaluasi pendidikan yang perlu dilakukan untuk mengetahui/mengecek pamahaman siswa yang selanjutnya dapat membimbing siswa dalam pengalaman belajarnya. Assessment dapat dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Mengingat pentingnya assessment dalam pembelajaran, maka model pembelajaran ARCS dimodifikasi yaitu dengan menambahkan komponen assessment pada model pembelajaran tersebut.
Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (mengecek). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest karena kata-kata tersebut bersinonim. Kiranawati (2007) menyatakan “untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna urutannya juga dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction”. Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim.

1.     Assurance (Percaya Diri) = A
Assurance yaitu berhubungan dengan sikap percaya diri, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil, Keller (dalam Kiranawati, 2007). Seorang siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil. Sikap dimana siswa merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Harapan untuk berhasil biasanya dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lalu, sehingga pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya. Sikap percaya diri perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa akan terdorong untuk melakukan suatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, antara lain:
a. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Misalnya dengan menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif pada diri siswa.
b.  Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman keberhasilan siswa. Misalnya dengan menyusun pembelajaran agar lebih mudah dipahami, mengurutkan materi dari yang mudah ke yang sukar dan dari yang konkret ke abstrak. Dengan demikian siswa merasa berhasil sejak awal mengikuti pembelajaran.
c.   Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan. Misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku.
d. Tumbuhkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan; “Nampak kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan siswa sebagai hal-hal yang masih perlu diperbaki. Jika siswa salah mengerjakan tugas, guru sebaiknya tidak mengatakan “Kamu salah”, atau “Kamu bodoh”, tetapi guru dapat menggunakan kata-kata lain yang lebih halus, misalnya; “Jawabanmu sudah hampir tepat”, atau “Mungkin masih ada jawaban yang lain”.
e. Memberi kesempatan pada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.

2.    Relevance (Relevansi) = R
Pengertian relevansi antara lain menunjukkan adanya hubungan bahan ajar dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Lebih lanjut, menurut Keller (dalam Kiranawati, 2007) menyatakan relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kehidupan siswa, baik berupa pengalaman sekarang atau pengalaman yang telah dimiliki. Pembelajaran matematika sering kali dirasakan “kering dari makna dan tidak membumi”. Siswa akan senang mengikuti pembelajaran apabila siswa merasa apa yang mereka pelajari berguna dan bermanfaat bagi kehidupan mereka. Sesuatu yang memiliki arah tujuan dan sasaran yang jelas serta manfaat dan sesuai dengan kehidupan akan mendorong siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas, siswa akan mengetahui kemampuan apa yang akan mereka miliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Siswa juga akan mengetahui kemampuan yang telah mereka miliki dan kemampuan yang belum mereka miliki sehingga kekurangan-kekurangan yang mereka miliki dapat diminimalkan. Dengan demikian, motivasi siswa akan terpelihara jika mereka menganggap bahwa apa yang mereka pelajari dapat bermanfaat dan sesuai dengan anggapan mereka selama ini.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk menunjukkan relevansi pembelajaran adalah:
a. Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Jika siswa mengetahui tujuan dari pembelajaran tersebut maka mereka akan terdorong untuk mencapai tujuan tersebut.
b.  Menjelaskan manfaat materi yang dipelajari bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang ataupun untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
c. Menjelaskan peranan materi yang akan dipelajari dengan mata pelajaran lain atau di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
d.   Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata. Bahasa yang jelas adalah bahasa yang dipahami oleh siswa sedangkan pengalaman nyata akan mampu menjebatani siswa ke hal-hal yang baru. 

3.     Interest (Minat) = I
Interest adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Menurut Slameto (2003) minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain:
a.   Gunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Misalnya; metode tanya jawab, metode diskusi, simulasi, serta metode lain yang dapat menimbulkan dan memelihara minat  siswa terhadap pelajaran.
b.   Gunakan media untuk melengkapi penyampaian materi. Media yang dimaksud meliputi; diagram, alat peraga, dan film.
c.  Memberi kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi dalam kelompok kecil untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan. Disini guru dapat memberikan LKS yang berisi permasalahan yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga akan tercipta komunikasi yang efektif.
d.  Bila dirasa tepat gunakan humor selama kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan.
e.    Gunakan contoh peristiwa nyata untuk memperjelas konsep yang ada dalam materi pelajaran. 
 
4.    Assessment (Mengecek) = A
Assessment yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Webb and Briars (dalam Suherman dkk, 2003) menyatakan assessment dalam matematika adalah proses penentuan apakah siswa tahu. Assessment merupakan suatu bagian dari aktivitas pengajaran matematika, yaitu pengecekan apakah siswa memahami materi yang dipelajari. Tujuan dari suatu assessment adalah mendapatkan umpan balik dari siswa dan kemudian menggunakan informasi yang diperoleh untuk membimbing pengembangan pengalaman belajar siswa. Dengan adanya umpan balik, siswa akan mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sehingga akan mendorong dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Pada fase inilah kemampuan komunikasi matematika siswa diasah. Mereka diharapkan mampu mengkomunikasikan ide yang telah mereka dapatkan dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri. Assessment tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengetahui kemampuan diri mereka sendiri (self assessment). Assessment diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya untuk mencapai hasil yang maksimal.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan assessment antara lain adalah:
a.  Mengadakan assessment dan memberikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran agar siswa mengetahui tingkat pemahaman mereka. Umpan balik bisa dilakukan secara lisan selama proses pembelajaran berlangsung, bisa juga dalam bentuk tulisan pada lembar jawaban ulangan, laporan, tugas, PR, lembar kerja siswa atau dengan membahas soal-soal yang belum tuntas.
b.    Memberikan assessment yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil assessment kepada siswa. Dengan ini siswa dapat segera tahu konsep mana yang belum dan sudah dipahami. Guru juga dapat membahas kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa tahu konsep mana yang benar.
c. Memberikan kesempatan pada siswa mengadakan assessment terhadap diri sendiri dan assessment terhadap teman-temannya. Hal ini dapat dilakukan ketika siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dengan memberikan alasan/penjelasan dari hasil kerjanya (assessment diri)  dan tanggapan dari siswa lain terhadap hasil kerja siswa tersebut (assessment terhadap teman) . Dalam hal ini guru dapat meminta siswa menjelaskan bagaimana ia sampai pada penggunaan pemecahan masalah seperti itu dan guru juga dapat melakukan observasi terhadap cara yang digunakan oleh siswa dan melakukan perbaikan terhadap kekeliruan tersebut.

5.    Satisfaction (Kepuasan) = S
Satisfaction berhubungan dengan rasa bangga dan puas atas hasil yang telah dicapai. Chairani (2005:13) menyatakan, “keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan memberikan kepuasan tersendiri bagi siswa, dan siswa akan berupaya untuk mencapai tujuan yang lainnya dengan berhasil pula”. Keberhasilan dan kebanggaan ini akan menjadi penguat bagi siswa. Menurut Keller (dalam Kiranawati, 2007) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik, dimana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan ekstrinsik merupakan rasa puas yang timbul karena pengaruh dari luar idividu. Kepuasan ini sangat dipengaruhi oleh konsekuensi yang diperoleh siswa. Konsekuensi ini dapat berupa penghargaan atau reward atas keberhasilan yang diperoleh siswa. Penghargaan tersebut dapat bersifat verbal maupun nonverbal. Rasa puas dan bangga perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa agar siswa tersebut mampu memperoleh hasil belajar yang baik. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan dan bangga siswa, adalah:
a.  Memberikan penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun non verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya. Ucapan guru: “Bagus kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali”, menganggukkan kepala sambil tersenyum tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu pertanyaan, serta mengancungkan jempol merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil melakukan suatu kegiatan.
b.  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata dan simulasi.
c. Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan atau memerlukan bantuan. 
Tabel Model Pembelajaran ARIAS
Fase
Prinsip Reaksi
Assurance (A)
  Menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa, memotivasi siswa.
o   Guru meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan menyusun materi pembelajaran dari yang mudah ke yang sukar.
o   Guru meningkatkan rasa percaya diri siswa dengan memberikan umpan balik yang positif.
  Mengingatkan konsep yang telah dipelajari yang merupakan materi prasyarat.
¤       Guru mengulang materi prasyarat yang telah dipelajari dengan metode bervariasi, misalnya dengan metode tanya jawab.
Relevance (R)
  Menyampaikan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar yang akan dicapai.
o   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar agar siswa memahami arah pembelajaran.
o   Guru menjelaskan manfaat materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan peranan materi tersebut dengan mata pelajaran lain.
Interest (I)
  Menarik dan memelihara minat/perhatian siswa.
o  Guru menjelaskan tentang konsep/ materi dengan menggunakan metode/strategi yang bervariasi. Misalnya: belajar kooperatif dan diskusi kelas dengan menggunakan LKS.
  Memberikan bimbingan belajar.
o   Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami dalam mengerjakan tugas pada guru.
o   Guru membantu siswa yang mengalami kesulitan mengerjakan tugas.
Assessment (A)
 
  Mengecek kegiatan pembelajaran.
o  Siswa mempresentasikan hasil pengerjaan LKS dengan memberikan alasan/penjelasan dari hasil kerjanya (self assessment) dan tanggapan dari siswa lain terhadap hasil kerjanya (assessment terhadap teman).
o  Guru meminta siswa menjelaskan bagaimana ia sampai pada penggunaan pemecahan masalah tersebut.
o  Guru memberikan umpan balik tentang kebenaran mengerjakan tugas dan guru memberikan penguatan verbal dan non verbal verbal kepada siswa yang hasil kerjanya sudah bagus.
Satisfaction (S)
  Memperkuat retensi dan transfer.
o  Siswa menarik kesimpulan dan merangkum materi yang telah dipelajari.
o  Guru memberikan penguatan dan penghargaan yang pantas, baik secara verbal maupun non verbal kepada siswa yang telah berhasil menampilkan keberhasilannya.
  Mengevaluasi hasil belajar siswa
¤      Guru memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari.
¤      Guru memberikan tugas kepada siswa agar mereka bisa menerapkan materi yang sudah dipelajari.Memperkuat retensi dan transfer.

Sistem sosial dari model pembelajaran ARIAS yaitu bercirikan lingkungan belajar yang sistematis, bermakna dan sederhana sehingga siswa merasa nyaman mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa aktif berinteraksi dengan seluruh peserta belajar dalam kelas, interaksi ini berlangsung secara berkesinambungan sehingga guru tidak mendominasi pembelajaran. Ini akan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan penalarannya dan siswa lebih dihargai mengemukakan ide-ide yang ada dalam pikirannya. Sistem pendukung adalah segala sesuatu yang dibutuhkan siswa untuk dapat menggali informasi yang sesuai dan yang diperlukan dalam mencapai tujuan pengajaran, misalnya; LKS, buku penunjang, dan rencana pembelajaran. Model pembelajaran ARIAS mempunyai dampak instruksional yaitu perolehan dan penguasaan materi baru. Dampak pengiringnya yaitu siswa mempunyai rasa percaya diri dalam mengemukakan pendapat yang dimiliki, tumbuhnya minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran matematika serta motivasi siswa untuk belajar semakin besar.